Monday, February 4, 2013

SENIOR HIGH SCHOOL (part 1)


Cepet, cepet cepet….”
 Suara kaka kelas rese itu sangat cempreng di telingaku. Rasa takut pun ada di dalam hatiku. Tempat yang asing benar-benar asing. Ini adalah sekolah baruku ? Sangat menyenangkan tetapi masih asing di mataku. Semuanya serba baru sekarang, dari mulai seragam putih biru menjadi putih abu-abu. Saat pertama memasuki gerbang sekolah aku sudah dimarahi oleh kaka kelas yang sangat rese. Jantungkupun berpacu dengan kencangnya seperti kuda pacu yang berlari-lari di arena balap. Iya memang aku salah karena aku hampir terlambat mengikuti apel pertamaku di sekolah baru ku ini.
Saat memasuki aula sekolah semua orang sudah berbaris rapih di tenagah lapangan. Aku mencari-cari temanku, karena awalnya aku janjian untuk berangkat bersamanya. Saat aku menelponnya di sedah berada di barisan terdepan. Aku merasa masih asing di sekolah ini, masih belum tau tentang sudut, kelas, ruang dan lain sebagainya tentang sekolah ini. Pembagian ruangan pun dimulai.
Aku bingung ingin duduk dengan siapa karena bangku semuanya sudah ditempati dan masih tersisa satu bangku. Aku lalu bergegas kebangku kasong tersebut dan ada satu orang yang aku tidak kenal lalu aku berkata “Eh, aku boleh duduk disini kan?” orang itu menjawab “Iya, silahkan.” . Di situ aku mendapat teman baru yang bernama cindy. Mereka jajan bersama-sama pada saat itu.
MOS atau lebih tepatnya MOPDB hari pertamapun dimulai. Iya aku adalah siwa SMP yang baru masuk SMA. Semua seperti mimpi karena aku lulus dengan nilai yang memuaskan dan tentu saja bisa membanggakan kedua orang tuaku. Di situaku sangat bersyukur dan senantiasa ingat dengan allah.
Namaku adalah Eryana Sagita Timago. Saat MOPDB berlangsung aku mengenal seorang pria yang bernama Fauzan. Pada saat itu dia bertemu dengan Fauzan. Saat itu ka fauzan sedang menghukum anak yang salah membawa barang untuk MOPBD. Dia memang kaka kelasku dulu di SMP tetapi kita bertemu lagi di SMA.
            Saat hari ketiga MOPDB berlangsung tugasnya membuat pick heart alias surat cinta untuk kaka OSIS. Aku membuatnya untuk ka fauzan. Ternyata surat aku tidak diambil dan suratnya masih ada di tas karung beras. Saat hari berikutnya ada penyuluhan, semua perserta MOPDB disuruh mengakat kursi, meja untuk persiapan penyuluhan . Awalnya aku merasa malas, dan aku berpikir “ngapain gua ngangkat-ngangkat kursi, males banget”
 
tetapi aku tidak sadar bahwa yang membantunku mendorong meja itu adalah ka fauzan, akhirnya aku tersadar dan senang sekali . Saat meminta tanda tangan OSIS tanda tangan pertamaku adalah ka fauzan. Sampai segitunya ya aku.
 “Cepat… cepat… cepat…” suara itu seperti geledek yang sangat kencang membangunkanku padahal baru saja aku terlelap dalam mobil. Semua berlari menuju lapangan dan itu sangat melelahkan bagiku. Aku hanya bisa menurut mengikuti instruksi para tentara tersebut, rasa lelah, cape semuanya harus ditahan karena aku kuat kalau ada kamu. Kita di tugaskan untuk menaiki tangga yang sangat banyak, memang sangat melelahkan tapi mau gimana lagi. Di situ aku berteman dengan teman-teman baru, sepertinya aku mulai akrab dengan teman-teman baruku ini.
Malamnya ada jerit malam, kita diharuskan bangun pagi-pagi buta untuk melakukan jerit malam atau permainan mencari jejak. Saat aku membuka mata lapupun mati-nyala-mati-nyala. Seperti ada setan yang memainkan lampu, pada saat itu aku bersama teman ku namanya Alin dia adalah teman SMP ku. Dia juga suka pada satu orang kaka OSIS sejak SMP. Memang kaka OSIS itu adalah kaka kelas kita di SMP sama seperti ka Fauzan. Nama kaka OSIS yang di sukai Alin adalah ka Rizky. Dia memang sepat akrab dulu, tapi setelah ka Rizky SMA mereka los kontek. Aku dan Alin satu peleton alias satu kelompok. Kita mencari jejak, saat itu kita hanya di beri lilin satu dan jangan sampai padam kalau padam kita harus mencari pos untuk menyalakannya kembali. Kita saling berpegangan tangan karena suasana di situ sangat gelap bahkan samapai tidak bisa melihat apa-apa. Aku sangat mengantuk sekali karena pada saat itu aku masih belum bisa tidur saat yang lain sudah tertidur lelap dengan enaknya. Pada saat itu aku mendengar suara kaka-kaka OSIS belum tidur untuk mempersiapkan acara jerit malam sekarang.
Saat kita menelusuri jalan setapak dan menuruni tangga. Semua terasa sangat sunyi hanya ada suara jangkrik yang berbunyi, wajar saja karena kita sedang berada di atas gunung. Menurutku tidak terlalu menyeramkan karena kita bersama-sama saling membantu satu sama lain. Saat kita menaiki jalan aku melihat sesosok pocong. “Aaaa….”semua teriak ketakutan dan hampir saja jatuh kepinggir. Setelah melewati pocong itu terlihat sebuah cahaya yang sangat tidak asing dan ternyata itu adalah ka Dwi dan ka Fauzan seperti pangeran yang menyelamatkanku dari ketakutan. Saat di mendekatkan lilin kearah mukanya matanya pun bersinar bak sinar matahari pagi yang membuat ketakutan dan lelah pun hilang begitu saja. Seperti ada warna pelangi yang membuat hatiku luluh dan juga meleleh saat menatap matanya. Dia berkata “Jangan takut de itu cumin pocong-pocongan kaka kelas dong” seperti suara malaikat yang sangat lembut yang menggetarkan hatiku. Sepertinya aku mulai jatuh cinta saat menatap matanya. Matanya yang telah menghipnotisku hingga hatiku yang beku menjadi encer karena sorotan matanya.
Bersambunggg.....

No comments:

Post a Comment