“Cepet, cepet cepet….”
Suara kaka kelas rese itu sangat cempreng di
telingaku. Rasa takut pun ada di dalam hatiku. Tempat yang asing benar-benar
asing. Ini adalah sekolah baruku ? Sangat menyenangkan tetapi masih asing di
mataku. Semuanya serba baru sekarang, dari mulai seragam putih biru menjadi
putih abu-abu. Saat pertama memasuki gerbang sekolah aku sudah dimarahi oleh
kaka kelas yang sangat rese. Jantungkupun berpacu dengan kencangnya seperti
kuda pacu yang berlari-lari di arena balap. Iya memang aku salah karena aku
hampir terlambat mengikuti apel pertamaku di sekolah baru ku ini.
Saat memasuki aula sekolah
semua orang sudah berbaris rapih di tenagah lapangan. Aku mencari-cari temanku,
karena awalnya aku janjian untuk berangkat bersamanya. Saat aku menelponnya di
sedah berada di barisan terdepan. Aku merasa masih asing di sekolah ini, masih
belum tau tentang sudut, kelas, ruang dan lain sebagainya tentang sekolah ini.
Pembagian ruangan pun dimulai.
Aku bingung ingin duduk dengan siapa karena
bangku semuanya sudah ditempati dan masih tersisa satu bangku. Aku lalu
bergegas kebangku kasong tersebut dan ada satu orang yang aku tidak kenal lalu
aku berkata “Eh, aku boleh duduk disini kan?” orang itu menjawab “Iya,
silahkan.” . Di situ aku mendapat teman baru yang bernama cindy. Mereka jajan
bersama-sama pada saat itu.
MOS atau lebih tepatnya MOPDB
hari pertamapun dimulai. Iya aku adalah siwa SMP yang baru masuk SMA. Semua
seperti mimpi karena aku lulus dengan nilai yang memuaskan dan tentu saja bisa
membanggakan kedua orang tuaku. Di situaku sangat bersyukur dan senantiasa
ingat dengan allah.
Namaku adalah Eryana Sagita
Timago. Saat MOPDB berlangsung aku mengenal seorang pria yang bernama Fauzan. Pada saat itu dia bertemu dengan Fauzan.
Saat itu ka fauzan sedang menghukum anak yang salah membawa barang untuk MOPBD. Dia
memang kaka kelasku dulu di SMP tetapi kita bertemu lagi di SMA.
Saat
hari ketiga MOPDB berlangsung tugasnya membuat pick heart alias surat cinta
untuk kaka OSIS. Aku membuatnya untuk ka fauzan. Ternyata surat aku tidak
diambil dan suratnya masih ada di tas karung beras. Saat hari berikutnya ada
penyuluhan, semua perserta MOPDB disuruh mengakat kursi, meja untuk persiapan
penyuluhan . Awalnya aku merasa malas, dan aku berpikir “ngapain gua
ngangkat-ngangkat kursi, males banget”
tetapi aku tidak sadar bahwa
yang membantunku mendorong meja itu adalah ka fauzan, akhirnya aku tersadar dan
senang sekali . Saat meminta tanda tangan OSIS tanda tangan pertamaku adalah ka
fauzan. Sampai segitunya ya aku.
“Cepat… cepat… cepat…” suara itu seperti
geledek yang sangat kencang membangunkanku padahal baru saja aku terlelap dalam
mobil. Semua berlari menuju lapangan dan itu sangat melelahkan bagiku. Aku
hanya bisa menurut mengikuti instruksi para tentara tersebut, rasa lelah, cape
semuanya harus ditahan karena aku kuat kalau ada kamu. Kita di tugaskan untuk
menaiki tangga yang sangat banyak, memang sangat melelahkan tapi mau gimana
lagi. Di situ aku berteman dengan teman-teman baru, sepertinya aku mulai akrab
dengan teman-teman baruku ini.
Malamnya
ada jerit malam, kita diharuskan bangun pagi-pagi buta untuk melakukan jerit
malam atau permainan mencari jejak. Saat aku membuka mata lapupun
mati-nyala-mati-nyala. Seperti ada setan yang memainkan lampu, pada saat itu
aku bersama teman ku namanya Alin dia adalah teman SMP ku. Dia juga suka pada
satu orang kaka OSIS sejak SMP. Memang kaka OSIS itu adalah kaka kelas kita di
SMP sama seperti ka Fauzan. Nama kaka OSIS yang di sukai Alin adalah ka Rizky.
Dia memang sepat akrab dulu, tapi setelah ka Rizky SMA mereka los kontek. Aku
dan Alin satu peleton alias satu kelompok. Kita mencari jejak, saat itu kita
hanya di beri lilin satu dan jangan sampai padam kalau padam kita harus mencari
pos untuk menyalakannya kembali. Kita saling berpegangan tangan karena suasana
di situ sangat gelap bahkan samapai tidak bisa melihat apa-apa. Aku sangat
mengantuk sekali karena pada saat itu aku masih belum bisa tidur saat yang lain
sudah tertidur lelap dengan enaknya. Pada saat itu aku mendengar suara
kaka-kaka OSIS belum tidur untuk mempersiapkan acara jerit malam sekarang.
Saat
kita menelusuri jalan setapak dan menuruni tangga. Semua terasa sangat sunyi
hanya ada suara jangkrik yang berbunyi, wajar saja karena kita sedang berada di
atas gunung. Menurutku tidak terlalu menyeramkan karena kita bersama-sama
saling membantu satu sama lain. Saat kita menaiki jalan aku melihat sesosok
pocong. “Aaaa….”semua teriak ketakutan dan hampir saja jatuh kepinggir. Setelah
melewati pocong itu terlihat sebuah cahaya yang sangat tidak asing dan ternyata
itu adalah ka Dwi dan ka Fauzan seperti pangeran yang menyelamatkanku dari
ketakutan. Saat di mendekatkan lilin kearah mukanya matanya pun bersinar bak
sinar matahari pagi yang membuat ketakutan dan lelah pun hilang begitu saja.
Seperti ada warna pelangi yang membuat hatiku luluh dan juga meleleh saat
menatap matanya. Dia berkata “Jangan takut de itu cumin pocong-pocongan kaka
kelas dong” seperti suara malaikat yang sangat lembut yang menggetarkan hatiku.
Sepertinya aku mulai jatuh cinta saat menatap matanya. Matanya yang telah
menghipnotisku hingga hatiku yang beku menjadi encer karena sorotan matanya.
Bersambunggg.....
No comments:
Post a Comment